Thursday, March 27, 2008

Credit Cards (in general, no specific brand)

Kartu Kredit laksana [......] - choose to insert: air/api/anjing rottweiler/etc. -

Kartu Kredit bisa jadi teman terbaik waktu belanja atau jadi musuh terbesar yang menghancurkan hidup orang. Gue
memilih untuk menjadikan kartu kredit sebagai teman terbaik. Tanya ada berapa kartu kredit di dompet gue? Jawabannya ada 5. Kalau dibandingin dengan rata2 jumlah kartu yang dimiliki oleh customer Indonesia, ini sangat jauh dari rata2. Data terakhir yg gue pernah lihat (sekitar 6 bulan lalu) bilang, setiap pemegang kartu memiliki rata-rata 1.7 kartu kredit. Ada yang nanya gimana bisa pake koma? Angka ini didapat dari jumlah kartu kredit yang beredar di seluruh Indonesia dibagi dengan jumlah orang yang punya kartu kredit. Misalnya, saya dan istri (2 orang) punya total 9 kartu kredit. Jadi masing2 punya berapa? Matematika kelas 4 SD: 9 dibagi 2 sama dengan... 4.5! Get it?
Disclaimer: angka 1.7 ini mungkin aja udah berubah lho ya, gue udah nggak punya akses baca report dari Visa/MasterCard/BI ttg kartu kredit lagi, jadi kalo angkanya udah bukan 1.7 jangan ngomelin gue. I'll try to research more di websitenya BI deh... kalo ada


I digress a bit with the statistics, sorry.. The point I was trying to make is, gue berteman sangat baik dengan kartu2 kredit gue, padahal gue adalah pemegang kartu kredit di atas rata2 Indonesia. Sepintas orang akan langsung menuduh gue sebagai tukang ngutang di mana2. Apa aja sih 5 kartu gue itu? 2 adalah kartu dari bank tempat gue sekarang bekerja, 1 atas nama pribadi dan 1 corporate card yang dibayarin kantor - dipakai untuk keperluan office expenses (traktir tamu, klien, bayar hotel kalau lagi business travel, dll). 1 kartu dari bank tempat gue dulu bekerja, sebagai kenang2an perpisahan (sebenernya gue minta paksa sih..), kartu yang ini cocok dipakai belanja dan makan di resto2 karena suka ada deal diskon2. 1 kartu lagi dari penerbit terbesar di Indonesia, yang ini gue pake sebagai benchmark dalam hal pelayanan, fitur, cara marketing, dll dll karena mereka yang terbesar. 1 kartu lagi khusus dipake cuma untuk dapet diskon ngopi di gerai tertentu. Yang ini biasanya isi tagihannya itu2 lagi, transaksinya kecil2 tapi total bulanannya lumayan, buat tau juga seberapa besar sih pengeluaran gue untuk ngopi yang rasanya mungkin cuma sekian sekali datang.

Kenapa gue bisa berteman sangat baik dengan kartu2 kredit gue yang banyak itu? Padahal bahaya banget lho kalau nggak tahan godaan dan pakai full semua limitnya, gaji gue 3 bulan akan habis cuma bayar hutang kartu. Gue bisa berteman karena gue bisa merasakan semua keuntungan yang ditawarin, tetapi gue selalu disiplin bayar full jumlah tagihannya. Jadi gue dapet diskon2nya, tapi nggak usah bayar bunganya. Ini adalah keuntungan besar punya kartu kredit: bisa belanja duluan bayar belakangan, dan bisa bebas bunga kalau tagihannya dibayar full (perhatikan, bukan minimum payment, tapi seluruh total tagihan). Dengan total limit yang lumayan besar, bisa jadi backup gue kalau perlu transaksi besar tapi nggak pegang cash. Contohnya, istri gue pernah masuk RS, kita cek in jam 1 malam ke ICU, dan gue harus daftar2 dan kasih jaminan lumayan besar. Jam 1 malam mau jalan ke ATM ngambil uang sementara istri lagi diperiksa di ICU? Ngapain juga kalau bisa gesek kartu kredit? Jadi proses daftar2 gue itu cuma perlu 15 menit dan gue bisa lari balik ke ICU.

Terus apa point minusnya kartu kredit dari kacamata customer? Of course kalau nggak bisa bayar full akan kena bunga. Bunga yang sekarang dikenakan untuk kartu kredit berkisar antara 30%-45% per tahun, di charge bulanan. Tapi setahu gue cuma 1-2 bank yang punya bunga rendah 30-35%. Dan gue nggak pengen punya kartu mereka karena programnya nggak menarik. Buat gue nggak penting itu kartu mau charge bunga berapa karena gue nggak akan bayar bunga, karena gue selalu bayar full berapapun tagihannya (of course harus bisa tahu kapan boleh pake kartunya dan berapa budget sebulan untuk pake kartu - self control).

Little known fact: kalau kita bayar tagihan kartu sebagian, bunga tetap akan dikenakan dari full amount yang di tagihan, bukan cuma dari sisanya. Bingung? Here it goes:

Tagihan keluar 1 Maret jumlah Rp 3 jt, minimum payment 300 ribu (10% - sesuai peraturan BI) jatuh tempo tanggal 20 Maret.
Kita bayar Rp 2 jt sebelum jatuh tempo karena kalau bayar full 3 juta bisa nggak makan bulan ini, berarti sisa balance 1 jt.
Kita akan kena bunga yg 30-45% itu dihitung dari 3 juta, bukan 1 juta, mengagetkan? Harusnya nggak, karena di buku Syarat & Ketentuan yang dikirim bersama kartunya dan bikin tebel amplopnya, harusnya hal ini sudah dijelaskan sangat detail. Tapi siapa sih yg iseng baca2 buku gituan? Mending langsung aktifin kartunya dan pake shopping, betul? Hal ini wajib ada di S&K karena diwajibkan oleh Peraturan BI. Pengalaman pribadi waktu Peraturan ini baru keluar tahun 2005, gue ikut ribet harus review S&K satu persatu, what a boring job ya hehehe... BTW, kalau ada yang merasa hal ini nggak dijelaskan di S&K kartunya, kirim email ke tukangkreditonline@gmail.com dan gue akan bantu cek, kalau beneran nggak ada kita bisa complain berat ke penerbit itu.
Another Disclaimer: cara ngitung bunga nggak sesimple bunga bulanan dikali jumlah tagihan, tapi dihitung per hari dari kapan transaksinya dilakukan, per satu transaksi. Jadi kalo mau disuruh ngitung sendiri manual, good luck aja.. Nanya sama CS untuk ngitungin juga sama aja, sebenernya sih hak customer, tapi apa tega si CS disuruh ngitung satu persatu? Jadi gue sih percaya aja lah sama teknologi dan sistemnya penerbit. Makanya jangan lunas bayarnya, biar nggak usah ngitung bunga!!

Gue sih nggak ngelihat ada kerugian apa2 lagi dari pake kartu kredit selain bunganya yang super tinggi. Ada yang bilang, bisa bikin jadi konsumtif bla bla bla. Menurut gue itu bukan salah si kartu kreditnya, itu salah loe sendiri kenapa nggak punya self-control? Apa harus dibantu terus mengontrol diri sendiri? Jadi anak kecil terus? Sah2 aja penerbit kartu gencar bikin program supaya kartunya dipakai, namanya bisnis ya harus cari untung, kalo nggak namanya jadi charity. Yayasan aja bisa dapet untung gede apalagi perusahaan yang dituntut untung sama pemegang sahamnya dong.

Waktu saya masih mengurus kartu kredit, BI dan YLKI pernah bikin 'bulan konsumen' di mana mereka mengumpulkan sekian banyak komplain dan memanggil seluruh penerbit kartu ke gedung BI untuk dipertemukan dengan para customer yang komplain. Mayoritas kasus komplainnya adalah perlakuan debt collector yang dianggap kasar. Gue akuin, ada collector yang bertindak di luar batas, tapi please note, ini bukan hal normal. Mereka juga punya kode etik collector yang mereka harus sign kalau mau bekerja mewakili si bank untuk menagih. Tapi namanya manusia ya pasti ada yang melanggar, karena nggak punya self-control itu tadi.

Kalau kita lihat balik, kenapa sampai harus ada debt collector yang mendatangi rumah para customer itu? Karena mereka punya tunggakan yang tidak terbayar, dan biasanya sudah lebih dari 2 bulan nggak bayar. Ingat kata agama manapun juga hutang harus dibayar, setahu gue nggak ada hukum agama yang bilang boleh nggak bayar hutang atau bayar pakai potongan KECUALI yang punya uang sudah setuju untuk tidak bayar atau hanya bayar sebagian. Malah kalau menurut agama gue, hutang diwariskan ke anak cucu dan tetap harus dibayar walau sudah meninggal (again, kecuali diampuni sama yg punya uang, make sense). Warisan ternyata bukan cuma aset aja ya.. makanya jangan keburu seneng kalo denger dapet warisan gede. Kalo hutangnya yang gede? Asik...

Back to the debt collector problem, problem ini nggak akan ada kalau si customer nggak nunggak, titik. Bayangin aja ngirim collector kan keluar ongkos, ngapain ngeluarin ongkos untuk nagih customer yg memang udah rajin bayar sendiri, bener kan? Jadi menurut gue kalau ada problem debt collector kasar, yang salah dua2nya, collector/bank yang diwakilinya dan si customer sendiri. Jangan beralasan karena perlakuan kasar terus nggak mau bayar hutangnya. What kind of attitude is that? We are responsible for our own actions! Untuk si collector yang melanggar batas, hukumannya juga harus ada, dia harus distop dan masuk blacklist supaya jera dan nggak pindah kerja jadi collector di tempat lain seenaknya. Mekanisme ini sudah dimulai oleh Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) beberapa tahun lalu dan harusnya sudah berjalan cukup baik.

Jadi, udah tahu ya untung ruginya punya kartu kredit? Inget kalau udah pake tanggung jawab bayarnya!

Terus dengan segitu banyaknya kredit macet kartu kredit kenapa bank/penerbit lain masih gencar jualan kartu kredit? Gue akan bahas di post berikut aja ya, udah ngantuk...

No comments: